SAROJANEWS.ID,JAMBI– Suwandi terpilih menjadi Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi periode 2024-2027. Ia didampingi Rifani Halim sebagai Sekretaris AJI Jambi.
Mereka terpilih dalam Konferta ke-V yang digelar di Mahligai Tower, Telanaipura, Kota Jambi, Sabtu (3/2/2024). Keduanya mengungguli pasangan calon pengurus, yakni Gresi Plasmanto dan Kurnia Sandi.
Suwandi dan Rifani meraih 14 suara, sedangkan Gresi dan Sandi mendapatkan 8 suara.
Selain ketua dan sekretaris, dalam konferta itu dibentuk pula Majelis Etik, dan Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) AJI Jambi. Majelis Etik AJI Jambi diemban oleh Jon Afrizal, Lily Rambe, dan Kurnia Sandi. Sedangkan MPO diduduki oleh Suang Sitanggang, Gresi Plasmanto, dan Mareza Sutan AJ.
Suwandi kala itu sempat mengungkapkan visi dan misi hingga program yang akan diwujudkannya. Ia akan membuat program yang menekankan anggota sejahtera, inklusi, dan kompak yang disingkat ASIK.
Ketua AJI Jambi baru itu akan mendirikan sekolah AJI. Tidak hanya untuk membentuk regenerasi jurnalis berkompeten, tetapi juga menjadikannya sebagai program yang memberdayakan para anggota organisasi tersebut.
“Kami, AJI Jambi, akan mendirikan sekolah AJI untuk membantu kawan-kawan yang memiliki gaji minim. Program ini menjadi tambahan. Banyak kawan AJI yang sudah profesional sehingga tidak ada salahnya kita berdayakan untuk membuat kelas-kelas, bisa jadi botcamp. Yang pasti itu bisa menjadi penghasilan tambahan untuk kawan-kawan,” kata jurnalis Kompas.com itu di hadapan para anggota dan pengurus AJI.
Suwandi bersama pengurus lainnya juga akan mengadakan pelatihan dan fellowship untuk meningkatkan kapasitas sekaligus menjadi pemasukan bagi para peserta. Menariknya, ada pula AJI Jambi Awards.
“Ilmu yang ada harus terus kita tularkan, dan banyaki untuk workshop dan fellowship ini. Kami akan menagajukan AJI Jambi Award untuk kawan yang menghasilkan liputan mendalam dan investigasi. Kemudian akan mengapresiasi Lembaga atau individu yang mengharagi kebebsan pers, berpendapat, dan berekspresi,” kata Suwandi
Tidak lupa, ia akan mengembangkan jaringan AJI Jambi di tingkat lokal hingga internasional bila diperlukan, yang sejalan dengan semangat AJI dan tidak melanggar kode etik. “Kami pun akan merangkul dan melibatkan semua anggota dalam berbagai kegiatan untuk belajar bersama saling asah, asuh, dan asih (mengasihi). Kita sama-sama belajar dan mengembangkan diri,” katanya.
Tantangan yang Akan Dihadapi
Suwandi menyadari betul apa yang dihadapi para jurnalis yang akan datang. Kemungkinan terdapat ancaman yang lebih besar di pemerintahan Indonesia berikutnya.
“Kebebasan terancam, sehingga jika dibutuhkan kami akan membentuk komite keselamatan jurnalis di Jambi. Kemudian perpers yang diteken presiden, bisa saja menjadi peluang tetapi juga menjadi pedang bermata dua,” ujarnya.
Laban Laisila, Pengurus AJI Indonesia Bidang Dana dan Usaha, yang menjadi saksi dalam konferta tadi, pun mengatakan para jurnalis akan menghadapi berbagi kesulitan pasca pemilu sesuai prediksi para pakar.
“Ada potensi ancaman di pemerintahan baru. Sebenarnya sudah kita rasakan saat ini. Di pemerintahan lama ini, dengan kekuasaan semakin meningkat, kita tahu bahwa bagaimana dia mengelola kita, sehingga kritis kita menjadi abu-abu,” katanya.
Karena itu, ia berharap pengurus AJI di seluruh Indonesia lebih berdekatan lagi dan mengembangkan kerja sama. “Teman-teman pengurus nasional itu meminta lebih dekat lagi terutama pada tahun 2024 hingga 2029. Sekarang saya pikir kita harus jelas. Kita harus memperjuangkan demokrasi seutuhnya. Siapa yang memperjuangkan itu? Adalah AJI dari 1997 hingga saat ini,” kata Laban.
Tidak hanya mengadakan konferensi pemilihan pengurus, AJI Jambi hari ini turut menggelar workshop meliput isu lingkungan. Para pemateri dalam kegiatan ini ialah Koordinator Program KKI Warsi Ade Chandra, Manajer Kajian dan Penguatan Informasi Walhi Jambi Dwi Nanto, dan Sustainable Rubber Program Setara Jambi Rachmat Fauzan.
Puluhan mahasiswa, sejumlah dosen, dan jurnalis, yang hadir dalam kegiatan itu menyimak tentang bahayanya perubahan iklim dan bagaimana memitigasinya. Tidak hanya itu, para peserta juga mengenal kejahatan lingkungan yang memperparah laju perubahan iklim. (*)
0 Comments